Monday 2 November 2009

Press Quotes


Polifoni Sakra, Kuno tapi Menyejukkan Jiwa
Selasa, 28 Juli 2009 | 21:53 WIB
http://oase.kompas.com/read/xml/2009/07/28/21534923/polifoni.sakra.kuno.tapi.menyejukkan.jiwa
KOMPAS.com — Musik menjadi bagian dalam hidup segenap insan manusia. Berbegai jenis musik disajikan dalam berbagai genre. Genre yang populer di kalangan masyarakat antara lain pop, rock, klasik, R&B, dan masih banyak lagi.

Nyanyian yang satu ini memang tidak terlalu populer dan jarang diminati anak muda zaman sekarang karena keberadaannya yang sudah lama dan dianggap kuno. Namun, bila dinikmati lebih lanjut, nyanyian polifoni sakra (sacred polyphony) dapat membawa suasana hati pendengarnya terhanyut ke dalam suasana yang menyejukkan, tenang, dan damai.

Berbeda dengan orkestra yang hanya menampilkan alunan alat musik saja, nyanyian polifoni sakra malah tidak menggunakan satu alat musik pun. Nyanyian tanpa iringan alat musik (acapella) ini hanya memperdengarkan suara-suara emas yang dipadukan menjadi satu harmonisasi lagu yang indah dengan komposisi beberapa suara.

Polifoni sakra (nyanyian suci) merupakan sebutan untuk nyanyian gereja Katolik yang diciptakan pada Zaman Renaissance (1450-1600). Umumnya nyanyian-nyanyian seperti ini digarap dalam bahasa Latin. Setiap kata-kata dalam nyanyian ini memiliki arti mendalam sehingga membutuhkan konsentrasi khusus untuk dapat lebih menikmatinya. Misalnya "ubi caritas et amor, Deus ibi est" yang berarti "jika ada cinta kasih, hadirlah Tuhan". Nada-nada pilihannya pun menghantarkan setiap pendengar untuk lebih menghayati nyanyian tersebut.

Sesuai dengan namanya, nyanyian polifoni sakra memiliki lebih dari satu suara (part) yang terdiri atas nyanyian pokok (cantus firmus) dan motif imitasinya. Mungkin kita lebih mengenalnya dengan sebutan kanon. Namun, kanon dalam nyanyian polifoni skara sudah melalui tahap gubahan sehingga lebih kaya nada. Pada nyanyian polifoni sakra sering ditambahkan pula aksen maupun variasi nada disonan untuk membuat pergerakan setiap suara semakin dinamis. Tekstur musik ini disusun lebih menyatu agar kaya harmoni.

"Para komponis telah sungguh-sungguh membuat lagu yang menyentuh. Mereka telah disiplin membuat lagu-lagu tersebut," ujar Pastur Boli Udjan, Sekretaris Eksekutif KWI dalam acara "Konser Musik Gereja: Nyanyian Polifoni Sakra" di Gereja Katolik Santa Theresia Jakarta, Sabtu (25/7). Konser Musik Gereja ini merupakan persembahan paduan suara Cappella Victoria yang membawakan 9 buah lagu.

Dalam acara tersebut diperdengarkan karya-karya komposer-komposer besar yang sangat berpengaruh pada perkembangan polifoni sakra. Komposer-komposer besar tersebut antara lain Giovanni Pierluigi da Palestrina (1525-1594), Gregorio Allegri (1582-1652), dan Domenico Bartolucci (*1917). Mereka telah menciptakan banyak nyanyian polifoni sakra, antara lain Sicut cervus desiderat (salah satu karya paling terkenal dari Palestrina); Miserere mei, Deus karya Allegri yang terkenal dengan nada C tingginya; serta Ubi caritas dan O sacrum convivium karya Bartolucci.

Bartolucci dalam usianya yang ke-90-an, kembali mengutarakan impian utamanya yaitu "kembalinya" musik polifoni sakra Palestrina dan kantus Gregorian.

M6-09

*****

Mingguan "Hidup" | 26 Oktober 2008:























*****

Mingguan "Hidup" | 07 September 2008:


























No comments:

Post a Comment